idak menjawab beliau, dan Ubai tetap melanjutkan shalatnya, ia

melihat beliau dan para sahabatnya shalat dengan shalatnya,

seorang dari kami harus mengqadla shalatnya ketika masa-masa haid?" maka ia

memerintahkan laki-laki itu untuk mengulangi shalatnya." Abu Isa berkata; "Dalam bab

seorang laki-laki bangkit di dalam shalatnya dengan bertumpuan pada kedua telapak

"Jika ia tetap menium maka shalatnya tidak batal." Ahmad bin Mani'

shallallahu 'alaihi wasallam, tentang bacaan dan shalatnya Nabi shallallahu

malam ketika telah selesai dari shalatnya mengucapkan: "ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA RAHMATAN

mendirikan shalat kemudian shalat sebagaimana shalatnya pada waktunya dengan pelan lalu

didatangi syetan ketika ia dalam shalatnya, kemudian syetan berkata; ingatlah ini,

wudhu kemudian melakukan shalat maka shalatnya diterima." Abu Isa berkata; hadits

tidak mengangkat kedua tangannya dalam shalatnya sementara beliau dalam keadaan duduk.

jika seseorang merasa ragu dalam shalatnya hingga tidak tahu berapa rakaat

bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, shalatnya yang diringkas atau memang engkau

lupa, maka ia harus mengulangi shalatnya." Pendapat ini diambil oleh Sufyan

atas amalan seorang hamba adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka ia

lalu melaksanakan witir di akhir shalatnya, karena tidak ada witir dua

berhujjah dengan hadits Abu Darda' tentang shalatnya Mu'adz, itu adalah hadits

Nabi? shallallahu 'alaihi wasallam membuka shalatnya apabila beliau melakukan shalat malam?

wasallam mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya dan tidak mengucapkan shalawat kepada